Wednesday, April 18, 2007

Lejitkan Potensi Anak

Bismillah…
Pagi ini, Ibu Umy dan Ibu Dayang, salah satu tenaga pengajar yang potensial sharing tentang Peranan Orang Tua Untuk Lejitkan Potensi Anak, hasil seminar yang mereka ikuti tanggal 1 April 2007 kemarin dengan pembicara Ibu Wirianingsih dan Bapak Edy di Samarinda. Menarik sekali. Ibu Umy presentasi tentang “Menyiapkan Generasi yang Cerdas akal, Emosional dan Spiritual”. Tema ini seperti judulnya bicara tentang berbagai kecerdasan dan difokuskan dengan bagaimana sih sikap orang tua guna melejitkan kecerdasan-kecerdasan itu yang secara fitrah ada pada setiap anak tapi karena kesalahan atau kekurang pahaman orang tua maka kecerdasan mereka tertutup, tidak berkembang alias tidak “melejit”. Yang amat menarik dan mungkin ini jadi benang merah dari presentasi ini, adalah bahwa saat otak anak terbuka, hati anak terbuka maka potensi anak akan melejit, betul kan bu Umy? Yang jadi pertanyaan adalah gimana membuat otak anak terbuka ? Tentu dengan membuat anak merasa senang, dihargai, dipenuhi kebutuhan psikologisnya, kebutuhan intelektualnya, tadi diberikan contoh-contoh yang bagus dari Bu Umy. Lalu gimana bikin hati anak terbuka ? Lebih kearah pengenalan mereka pada keberadaan Rabb-nya. Sedangkan Ibu Dayang yang manis presentasi tentang “Upaya Mengenal Anak Lebih Awal”. Benar sekali, seringkali kita memposisikan diri sebagai “orang tua”, orang yang lebih tua, orang yang lebih tau, orang yang lebih kuasa, orang yang harus dihormati, didengar, dituruti tanpa mau tahu siapa anak itu, apa keinginannya, bagaimana keunikannya, pokoknya semua anak kita perlakukan dengan cetakan yang sama yang menurut kita benar dari kaca mata “orang tua”. Bu Dayang bicara orang tua tentu konteksnya adalah ayah dan ibu, tapi bisa juga berwujud guru disekolah, tetangga di lingkungan karena menurut Bu Dayang ada 3 lingkungan yang berpengaruh besar terhadap anak : keluarga, sekolah dan masyarakat. Maka Pendidikan akan optimal jika :
- System pendidikan memacu kreatifitas, ingat kreatifitas tidak selalu berkonteks pendidikan mahal, padat dan penuh aktifitas, namun pendidikan yang membuat anak tidak takut bereksplorasi, bertanya, diberi kesempatan untuk berbuat salah dan memperbaikinya. System pendidikan kita? Ah kadang sedih, di rumah bias jadi punya lingkungan yang kondusif tapi di sekolah? Yang lagi marak sekarang adalah kasus IPDN, kekerasan di sekolah, itu memang kasus ekstrim tapi dalam bentuknya yang kecil bias berawal dari anak SD yang dididik oleh guru yang suka gebrak meja, pukul pake penggaris, mengancam dll. Lama-kelamaan bias tertanam stigma pada anak bahwa belajar memang harus seperti itu, atau orang tua yang menganggap, anak memang harus agak dikerasin kalo enggak gimana mau belajar? Masih banyak nggak sih sekolah kayak gitu, yang pasti masih ada, apa tidak sama dengan mengkebiri kreatifitas anak? Ngomong masalah mengkebiri ini, bias juga berawal dari system pendidikan yang over quota bagi anak, memang sekarang lagi marak full day school tapi perlu dipertimbangkan juga jangan sampai anak full day ini mengalami kejenuhan yang berakibat tertutupnya otak mereka, kreatifitas mereka, dan keceriaan mereka.
- Anak diperlakukan sebagai subjek… Ah nggak usah jauh-jauh, kita aja orang tua kalo selalu disuruh dan disuruh apalagi yang nggak sesuai dengan minat kita pasti udah bete duluan, apalagi anak-anak yang memang masanya lagi banyak pengen tau dan banyak keinginan?
- Dan anak perlu dijelaskan mengapa dia harus melakukan sesuatu, contoh : kenapa anak harus sikatan sebelum tidur, kenapa anak tidak boleh bermain benda tajam, dll. Keterbatasan logika, membuat mereka kadang tidak bias menghubungkan kenapa sesuatu itu dilarang atau dianjurkan, apa hubungannya tidur dengan sikatan ? kalau anak membantah, jangan dulu diberi cap susah diatur, mungkin kita nggak memenuhi kebutuhan logika mereka jadi ya wajar buat anak yang cerdas untuk tidak menurut begitu saja.

Masih banyak sih yang diutarakan bu Dayang seperti bagaimana mengenal anak, lalu kendala-kendala orang tua dll. Mungkin bu Dayang atau bu Umy bias melengkapinya dengan jadi kontributor pertama di blog ini…
Saya senang sekali, jika Teknokids jadi satu wadah yang bukan menjadi wadah bisnis yang berkedok pendidikan, tapi memang suatu wadah yang lahir dari hati, cinta para guru terhadap anak didiknya….

Makasih ya Bu Umy dan Bu Dayang… kita tunggu hand outnya… (habis tadi mati lampu, belum sempat di print kan :)


0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home